Thursday, 24 September 2015

Mengunduh Lagu dan Musik Bajakan Berbuah Pemutusan Koneksi Internet, Benarkah?

Beberapa pagi yang lalu aku membaca sebuah berita yang mengabarkan bahwa pemerintah akan memberlakukan hukuman terhadap pendownload musik dan film ilegal. “Konon” salah satu hukuman yang akan diberlakukan oleh permerintah adalah pemutusan layanan internet bagi siapa pun yang melanggar. Kau tahu, aku hanya tersenyum simpul membaca hal tersebut.

Secara tujuan, aku sih setuju-setuju saja dengan tujuan pemerintah mengurangi (karena nggak mungkin rasanya kalau menghapus tuntas) nilai pembajakan yang terjadi di negeri ini. Namun jika kau tak keberatan, ayo ngobrol sejenak, ada beberapa hal yang rasanya mengganjal ihwal apa yang disampaikan oleh Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, Jumat (18/9/2015) lalu.

Kau tahu, sesuatu yang mengganjal ini muncul ketika ada seorang pengguna Linux dalam sebuah forum angkat bicara juga sola hal ini. Beberapa dari mereka mengatakan bahwa tak ada gunanya kita memperjuangkan kelegalan software dan OS bila musik dan film di hardisk kita masih bajakan. “Sama aja omong kosong!”. Sekali lagi aku tertawa membaca sebuah komentar yang bernada demikian itu.

Memang aku akui, langkah yang diambil pemerintah itu cukup muluk-muluk dan seolah-olah tidak meyakinkan untuk direalisaikan bila melihat keadaan Indonesia saat ini. Bila yang dijadikan kiblat dan acuan adalah Korea dan Peransis, mari kita bercermin dulu, berapakah kecepatan dan bagaimana rata-rata kecepatan serta kestabilan koneksi kita. Lalu, soal memutuskan koneksi pengunduh musik dan film ilegal, aku sendiri kurang yakin hal tersebut akan benar-benar dapat terealisasi.

Namun kembali lagi, aku tak ingin membahas berlebihan soal teknis yang akan dilakukan pemerintah itu. Aku hanya ingin mengatakan pada orang-orang “berisik”di luar sana, bahwasanya seorang pengguna Linux bukanlah petugas yang multitasking soal mengurangi pembajakan. Mereka adalah spesialis, aktivis spesialis pembajakan masalah perangkat lunak. Kan sama-sama pembajakan?

Hah, bodoh sekali rasanya ketika kita meminta seorang guru matematika menyelesaikan permasalahan sastra Indonesia, meskipun mereka sama-sama guru, tapi mereka punya spesialisasi yang berbeda.

Lewat tulisan ini, aku ingin bicara sebagai pengguna Linux. Pertama kepada pemerintah, silakan berjuang melawan pembajakan tapi jangan cuma anget-anget tai ayam. Jangan lupa dengan menteri-menteri yang dulu pernah mendeklarasikan akan memajukan dunia Open Source Indonesia namun kenayataannya malah melakukan MoU diam-diam dengan Microsoft. Aku akan bertepuk tangan dan memberi apresiasi setinggi-tingginya bila pemerintah berhasil.

Lalu buat pengguna komputer, dimana pun kalian berada. Merdekakanlah diri kalian! Jangan lupa, kita punya banyak SDM yang cukup mumpuni untuk sekedar membangun software guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan sehari-hari. Jangan terus-menerus bangga dan terbodohi dengan bisik rayu software. Aku jahat, ya . . . Tapi aku tak sejahat orang yang dengan bangga memamerkan software bajakan yang ia pakai! MERDEKA!!!
Bagikan:

0 comments: