Matahari mulai merapat ke pangkuan senja,
perlahan sinarnya mulai memudar. Dari balik rimbun pohon, sedikit cahaya masih
berbias agak menyilaukan. Hingga akhirnya samar-samar oranye kemerahan
menyeruak, mewarnai batas lautan nun di sana.
Rama masih tampak duduk terkapar di bibir
Pantai Harapan. Berkali-kali gelombang laut berusaha menggapainya, namun
sekalipun tidak pernah berhasil. Dengus ombak sore itu hampir seirama dengan
desir kesedihan yang menggelombang di hatinya. Dengan segunung kerinduan yang
menjulang, mata sembabnya masih meraba kertas merah jambu yang sedari tadi
digenggam dengan tangan kanannya. Sepucuk surat dari sahabat masa lalunya,
Nayla Prasilia.
Rama dan Nayla adalah sepasang sahabat
sejak masih dalam bualan bunda. Kebersamaan mereka terjalin dengan baik karena
rumah mereka hanya berjarak sepuluh langkah orang dewasa, begitu dekat. Tujuh
hari dalam seminggu, tiada sehari pun berlalu tanpa kebersamaan Rama dan Nayla.
Kebanyakan orang yang baru mengenal Rama atau Nayla, selalu beranggapan bahwa
mereka berdua adalah saudara -kakak beradik-. Dimana ada Rama di situ ada
Nayla. Meski umur mereka hanya selisih sebelas hari, namun badan Rama terlihat
tumbuh lebih besar dari Nayla, jadi wajar saja jika orang-orang berpikir Rama
adalah kakak dari Nayla.
Selain karena rumah mereka yang
berdekatan, kebersamaan mereka berdua terjalin begitu baik lantaran sejak TK
bahkan hingga SMA, Rama dan Nayla selalu duduk sebangku. Pernah suatu hari
ketika Nayla diminta oleh guru kelas empat SD-nya untuk bertukar tempat duduk
dengan Dewi -teman sekelas Rama dan Nayla- Ia malah langsung menangis histeris.
Rama pun sebenarnya juga sempat meneteskan air mata ketika itu, hanya saja ia
tak sampai menangis layaknya Nayla, gengsi barangkali. Melihat itu, akhirnya
sang guru pun membiarkan Rama dan Nayla tetap duduk sebangku, dan tersenumlah
mereka berdua.
Kebersamaan iyu terus berlanjut hingga
masa remaja menghampiri mereka berdua. Sungguh keindahan persahabatan yang
begitu indah dari Tuhan. Sebuah jalan yang seolah sangat terencana.
Sebenarnya, dalam hati Rama, sedikit demi
sedikit telah mulai tumbuh benih-benih cinta pada Nayla, namun ia selalu saja
mencoba untuk memalingkan dirinya dari perasaan yang menyesakan dada itu. Rama
selalu berusaha untuk tetap menganggap Nayla sebagai adik sendiri walaupun pada
akhirnya selalu saja gagal.
Tiada hari tanpa kebersamaan Rama dan
Nayla. Persahabatan yang mereka jalin begitu sempurna, dan barangkali itulah
yang membuat hati serta perasaan Rama begitu terpukul ketika harus berpisah
dengan Nayla.
Ya, selepas SMA, Naylapergi meninggalkan
tanah kelahirannya. Ia hendak melanjutkan studinya ke sebuah universitas di
kota sana. Sebuah perpisahanyang tak pernah mereka rencanakan, terbayang pun
tidak.
Rasa pilu kembali datang, menerpa bersama
angin yang terlahirdari gulungan ombak, dengan agak terbata-bata Rama mulai
mengeja kembali surat yang dikirim oleh sahabat karibnya, dari Nayla.
2 November 2011
Rama Edo 6
di Pantai Harapan
Salam sobat, salam tasbih pantai
harapan yang selalu riang bergembira menggelorakan ketenangan.
Tak akan berhenti aku berdo’a untuk
kesehatan dirimu. Aku selalu berharap semoga setiap langkahmu, serta hembus
nafasmu selalu disertai oleh ridha-Nya, juga rekah senyum bibirmu tak pernah
kuncup sekalipun badai pilu menghantam pikiran dan sinar mentari yang menjelma
rindu, amat menyengat kalbu, melahirkan perasaan yang membebah dalam rasa yang
belum bisa tersatukan.
Sobat,
Bersama selaut rindu yang bergelayut,
aku mencoba menggoreskan pena yang akan berkabar tentang jauh jarak yang
membentang di antara kita berdua, tentang keadaanku di kota baru yang aku
singgahi ini. Sebuah kota yang mempertemukanku dengan seorang perempuan yang
amat baik padaku. Seseorang yang begitu dalam menyayangiku, selayaknya dirimu.
Namanya Rania, Rania inilah yang memperhatikan aku selalu, orang yang selalu
ada untuk menemaniku. Rama, aku sempat berfikir bahwa Rania adalah seorang Rama
yang lain, Rama dalam wujud seorang perempuan. Namun tentu saja tidak, karena
Rama adalah sahabatku yang tiada duanya di dunia ini.
Tentang Rania, dia adalah satu-satunya
teman baru yang cepat akrab denganku. Aku sendiri sempat merasa heran, sebab
semenjak pertama jumpa ketika OSPEK, ia
selalu memperhatikan diriku, aku sering sekali menangkap basah dirinya ketika
sedang memandangku. Alhasil, memerahlah wajahnya.
Rama, kupikir pertemuanku dengannya
bukanlah sebuah kebetulan , garis tuhan menurutku. Sebab entah bagaimana, hari
ini Rania menjadi teman satu fakultasku, teman satu kelas dan teman ketika
pulang-pergi kuliah. Ya, rumah Rania tak jauh jaraknya dengan rumah yang aku
tinggali, jadi kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama.
Rania juga memiliki hobi yang sama
denganmu, memetik gitar dan bernyanyi. Dan kau tahu lagu kesukaan Rania? Yaps,
lagu yang sering kau nyanyikan bersamaku ketika kita masih bersama adalah lagu
favoritnya. Dia itu mirip sekali denganmu, mungkin itulah sebabnya aku lekas
akrab dengan Rania. Ia membuatku merasa nyaman ketika bersamanya. Aku sering bercerita
tentangmu padanya, namun Rania selalu saja tak percaya dan menganggapku
mengada-ada. Ah, ingin rasanya kupertemukan kalian berdua, supaya Rania percaya
bahwa di dunia ini ada seseorang seperti dirinya, hanya saja seorang lelaki.
Belakangan ini aku sering bercerita
pada Rania, saat aku bersedih atau dalam masalah, ialah muaraku dalam meluapkan
keluh kesah. Hampir semua posisimu terwakilkan oleh kehadirannya.
Bukan, bukan maksudku hendak
menggantikan kau dengan orang lain, sebab tak akan ada seorangpun yang mampu
menggantikan posisimudi hatiku tidak akan Ram. Kaulah sahabat terbaik yang
kumiliki di dunia ini. Hanya kau, Rama.
Sobat,
Pernah suatu ketika aku tanpa sengaja
melihatnya sedang memetik senar gitarnya sambil mendendangkan sebuah lagu.
Meskipun agak samar terdengar, aku kenal benar lagu yang sedang ia nyanyikan.
Itu lagu kesukaanmu.
Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita
Kau ciptakan mimpiku
Dan itu hanya sesalkan diriku
Kau ciptakan mimpiku
Jujur ku hanya sesalkan diriku
Kuharus lepaskanmu
Melupakan senyummu
Semua tentangmu tentangku
Hanya harap jauhku
Jauh mimpiku
Dengan inginmu*
Bersambung. . .
Lanjutkan Membaca Cerpen Rama dan Rania (Bag. II-End)
Bersambung. . .
Lanjutkan Membaca Cerpen Rama dan Rania (Bag. II-End)
0 comments:
Post a Comment