Tuesday, 26 May 2015

Rama dan Rania (Bag. I)

Matahari mulai merapat ke pangkuan senja, perlahan sinarnya mulai memudar. Dari balik rimbun pohon, sedikit cahaya masih berbias agak menyilaukan. Hingga akhirnya samar-samar oranye kemerahan menyeruak, mewarnai batas lautan nun di sana.
Rama masih tampak duduk terkapar di bibir Pantai Harapan. Berkali-kali gelombang laut berusaha menggapainya, namun sekalipun tidak pernah berhasil. Dengus ombak sore itu hampir seirama dengan desir kesedihan yang menggelombang di hatinya. Dengan segunung kerinduan yang menjulang, mata sembabnya masih meraba kertas merah jambu yang sedari tadi digenggam dengan tangan kanannya. Sepucuk surat dari sahabat masa lalunya, Nayla Prasilia.
Rama dan Nayla adalah sepasang sahabat sejak masih dalam bualan bunda. Kebersamaan mereka terjalin dengan baik karena rumah mereka hanya berjarak sepuluh langkah orang dewasa, begitu dekat. Tujuh hari dalam seminggu, tiada sehari pun berlalu tanpa kebersamaan Rama dan Nayla. Kebanyakan orang yang baru mengenal Rama atau Nayla, selalu beranggapan bahwa mereka berdua adalah saudara -kakak beradik-. Dimana ada Rama di situ ada Nayla. Meski umur mereka hanya selisih sebelas hari, namun badan Rama terlihat tumbuh lebih besar dari Nayla, jadi wajar saja jika orang-orang berpikir Rama adalah kakak dari Nayla.
Selain karena rumah mereka yang berdekatan, kebersamaan mereka berdua terjalin begitu baik lantaran sejak TK bahkan hingga SMA, Rama dan Nayla selalu duduk sebangku. Pernah suatu hari ketika Nayla diminta oleh guru kelas empat SD-nya untuk bertukar tempat duduk dengan Dewi -teman sekelas Rama dan Nayla- Ia malah langsung menangis histeris. Rama pun sebenarnya juga sempat meneteskan air mata ketika itu, hanya saja ia tak sampai menangis layaknya Nayla, gengsi barangkali. Melihat itu, akhirnya sang guru pun membiarkan Rama dan Nayla tetap duduk sebangku, dan tersenumlah mereka berdua.
Kebersamaan iyu terus berlanjut hingga masa remaja menghampiri mereka berdua. Sungguh keindahan persahabatan yang begitu indah dari Tuhan. Sebuah jalan yang seolah sangat terencana.
Sebenarnya, dalam hati Rama, sedikit demi sedikit telah mulai tumbuh benih-benih cinta pada Nayla, namun ia selalu saja mencoba untuk memalingkan dirinya dari perasaan yang menyesakan dada itu. Rama selalu berusaha untuk tetap menganggap Nayla sebagai adik sendiri walaupun pada akhirnya selalu saja gagal.
Tiada hari tanpa kebersamaan Rama dan Nayla. Persahabatan yang mereka jalin begitu sempurna, dan barangkali itulah yang membuat hati serta perasaan Rama begitu terpukul ketika harus berpisah dengan Nayla.
Ya, selepas SMA, Naylapergi meninggalkan tanah kelahirannya. Ia hendak melanjutkan studinya ke sebuah universitas di kota sana. Sebuah perpisahanyang tak pernah mereka rencanakan, terbayang pun tidak.
Rasa pilu kembali datang, menerpa bersama angin yang terlahirdari gulungan ombak, dengan agak terbata-bata Rama mulai mengeja kembali surat yang dikirim oleh sahabat karibnya, dari Nayla.



2 November 2011
Rama Edo 6
di Pantai Harapan

Salam sobat, salam tasbih pantai harapan yang selalu riang bergembira menggelorakan ketenangan.
Tak akan berhenti aku berdo’a untuk kesehatan dirimu. Aku selalu berharap semoga setiap langkahmu, serta hembus nafasmu selalu disertai oleh ridha-Nya, juga rekah senyum bibirmu tak pernah kuncup sekalipun badai pilu menghantam pikiran dan sinar mentari yang menjelma rindu, amat menyengat kalbu, melahirkan perasaan yang membebah dalam rasa yang belum bisa tersatukan.
Sobat,
Bersama selaut rindu yang bergelayut, aku mencoba menggoreskan pena yang akan berkabar tentang jauh jarak yang membentang di antara kita berdua, tentang keadaanku di kota baru yang aku singgahi ini. Sebuah kota yang mempertemukanku dengan seorang perempuan yang amat baik padaku. Seseorang yang begitu dalam menyayangiku, selayaknya dirimu. Namanya Rania, Rania inilah yang memperhatikan aku selalu, orang yang selalu ada untuk menemaniku. Rama, aku sempat berfikir bahwa Rania adalah seorang Rama yang lain, Rama dalam wujud seorang perempuan. Namun tentu saja tidak, karena Rama adalah sahabatku yang tiada duanya di dunia ini.
Tentang Rania, dia adalah satu-satunya teman baru yang cepat akrab denganku. Aku sendiri sempat merasa heran, sebab semenjak  pertama jumpa ketika OSPEK, ia selalu memperhatikan diriku, aku sering sekali menangkap basah dirinya ketika sedang memandangku. Alhasil, memerahlah wajahnya.
Rama, kupikir pertemuanku dengannya bukanlah sebuah kebetulan , garis tuhan menurutku. Sebab entah bagaimana, hari ini Rania menjadi teman satu fakultasku, teman satu kelas dan teman ketika pulang-pergi kuliah. Ya, rumah Rania tak jauh jaraknya dengan rumah yang aku tinggali, jadi kami berdua selalu menghabiskan waktu bersama.
Rania juga memiliki hobi yang sama denganmu, memetik gitar dan bernyanyi. Dan kau tahu lagu kesukaan Rania? Yaps, lagu yang sering kau nyanyikan bersamaku ketika kita masih bersama adalah lagu favoritnya. Dia itu mirip sekali denganmu, mungkin itulah sebabnya aku lekas akrab dengan Rania. Ia membuatku merasa nyaman ketika bersamanya. Aku sering bercerita tentangmu padanya, namun Rania selalu saja tak percaya dan menganggapku mengada-ada. Ah, ingin rasanya kupertemukan kalian berdua, supaya Rania percaya bahwa di dunia ini ada seseorang seperti dirinya, hanya saja seorang lelaki.
Belakangan ini aku sering bercerita pada Rania, saat aku bersedih atau dalam masalah, ialah muaraku dalam meluapkan keluh kesah. Hampir semua posisimu terwakilkan oleh kehadirannya.
Bukan, bukan maksudku hendak menggantikan kau dengan orang lain, sebab tak akan ada seorangpun yang mampu menggantikan posisimudi hatiku tidak akan Ram. Kaulah sahabat terbaik yang kumiliki di dunia ini. Hanya kau, Rama.
Sobat,
Pernah suatu ketika aku tanpa sengaja melihatnya sedang memetik senar gitarnya sambil mendendangkan sebuah lagu. Meskipun agak samar terdengar, aku kenal benar lagu yang sedang ia nyanyikan. Itu lagu kesukaanmu.
Pernah kusimpan jauh rasa ini
Berdua jalani cerita
Kau ciptakan mimpiku
Dan itu hanya sesalkan diriku
Kau ciptakan mimpiku
Jujur ku hanya sesalkan diriku
Kuharus lepaskanmu
Melupakan senyummu
Semua tentangmu tentangku
Hanya harap jauhku
Jauh mimpiku
Bagikan:

0 comments: