Saturday 13 June 2015

Senyum Karlina di Antara Bumi Perkemahan (1 dari 3 Bagian)


Perkemahan Pramuka Santri Nusantara (PPSN) memang telah usai, namun kisah dan kenangan tentang PPSN masih berlanjut dan tersimpan di hati kita masing-masing. Pada postingan ini, aku akan menceritakan padamu tentang kenalan—yang sekarang menjadi teman baikku—dari Kalimantan Selatan.
Bila boleh kukatakan, anginlah yang membawaku padanya. Bukan, bukan maksudku berlagak sok puitis atau apalah itu, namun memang begitulah adanya. Jika kau ada waktu, duduklah sejenak untuk menyimak kisah kecilku ini.
Pada itu, cuaca cukup panas, namun mendung dan gumpalan awan hitam masih setia mengintai di langit-langit Banjarmasin. Cuaca di sini memang sulit untuk di tebak, hujan dan panas bisa datang tiba-tiba tanpa permisi terlebih dahulu. Akibat dari perubahan cuaca yang spontan itu, angin-angin kencang nakal tak jarang menyapa tenda-tendang yang telah kami pancangkan di bumi perkemahan Agro Wisata Tanah Laut.
Angin yang cukup kencang datang pada hari ke-4 PPSN, akibatnya beberapa tenda dan gapura tampak roboh lantaran diterjang bayu, termasuk di antaranya tenda-tenda anak putri.
Karena kedekatanku dengan kakak Pinkonda (Pimpinan Kontingen Daerah) sore itu juga, aku diajak untuk ke camp putri buat bantu-bantu ngecek sekaligus jaga-jaga kalau arek putri butuh bantuan tenaga untuk membenahi tenda mereka.
Pinkonda yang mengajakku itu bernama Ofi. Jangan salah kira, namanya memang mirip cewek, tapi itu nama doank. Kak ofi orangnya seru, tak jarang aku dan Kak Ofi saling bertingkah konyol di depan anak-anak lain, tak terkecuali anak putri.
Senja telah tiba, aku dan Kak Ofi berjalan berdua memeriksa tenda demi tenda kontingen Jawa tengah Putri sembari bertanya-tanya untuk sekedar mengakrabkan diri. Di tengah perjalanan, kami menjumpai satu sangga yang tenda tamunya ambruk.
Ram, beresin...” perintah Kak Ofi Hamuza sambil nunjuk tenda yang tersimpuh lunglai tak berdaya.
Sendirian?”
Iya tho ya... yang lama ya, aku tak ngobrol dulu sama anak-anak Kalsel”
Sangga yang tendanya aku perbaiki itu memang bersebelahan dengan kontingen tuan rumah, Kalimantan Selatan, yang kebetulan sebagian penghuni tendanya sedang asik bercanda dan bernyanyi di depan teras tenda. Sambil melihat Kak Ofi bercanda dengan mereka-mereka, dengan sigap dan cepat aku pun membenahi tenda tamu yang terobohkan oleh angin itu, dan dalam sekejap... berdirilah kembali tenda kuning itu dengan gagahnya.
Usai membenahi tenda, aku segera menggabungkan diri dalam canda yang telah Kak Ofi buat dengan arek-arek Kalsel. Sesekali Kak Ofi memberikan permainan dan tebakan seru namun membingungkan dan sulit dipecahkan oleh rekan-rekan Kalsel.
Coba tebak, berapa nyamuk yang saya bunuh” ujar Kak Ofi yang disambung dengan tepukan kedua telapak tangannnyayang seolah olah menangkap nyamuk.
Lima!” ucap sesorang dari mereka yang aku lupa namanya.
Salah, berapa ada yang tahu...” sambung Kak Ofi bersemangat dengan permainan tebak nyamuknya.
Dua! Dua nyamuk!” teriak seseorang dari dalam tenda yang sejurus kemudian terbuka sampingnya karena kain tendanya diangkat oleh seseorang yang tersenyum manis di bawahnya.
Yupz, betul... siapa namanya tadi yang jawab?”
Kak Lina” teriak teman-teman Kalsel menjaab pertanyaan Kak Ofi.
Sejenak kami pun ngobrol bersama di tenda kontingen Jawa Tengah putri itu, dengan sesekali aku mengayunkan tanganku untuk sekedar membunyikan gitar yang kupinjam dari anak Kalsel.
Kak Ofi nggak haus” tanyaku.
Haus sih, tapi dari tadi nggak ada yang bikinin minum...” sindirnya
Wah, sore-sore gini asik nih kak kalo ada yang mau bikinin kopi hangat”
Oh, Kak Rama sama Kak Ofi mau kopi?” tanya Karlina “bentar ya...” sambungnya
Sambil menunggu Karlina membuatkan kami kopi, aku dan Kak Ofi melanjutkan berkeliling untuk pengecekan terlebih dahulu. Setelah semua dipastikan beres, kami kembali ke tenda tadi dengan suguhan kopi buatan Karlina.
Percayakah kau, hampir-hampir saja senyum Karlina menculik hatiku yang selama ini aku jaga untuk seseorang yang telah menantiku sana. Sepotong senyum dari wajahnya yang manis itu benar-benar menikam hatiku, dan membuat rembulan malam seolah menjelma wajahnya. Apa lagi usai kejadia malam itu. . . Ah! Aku harus mampu manjaga hati. . . (BERSAMBUNG...)

Lanjutkan Membaca Bagian ke-2
Bagikan:

5 comments:

Reza Bachtiar said...
This comment has been removed by the author.
Reza Bachtiar said...

Ikut PPSN 2015 juga ya...

Rania Amina said...

Iya za...

Reza Bachtiar said...

kok bisa ikut 2 kali gitu...

Rania Amina said...

aku mondoknya yg kelamaan . . .heheh