Terima kasih,
Freya.
Selasa,
13 September (kemarin) akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri
hubungan dengan Freya. Tidak, tidak. Aku tidak ada masalah apa-apa.
Kau tahu, bekerja dengan Freya adalah salah satu pengalaman yang
paling menyenangkan menurutku, setelah Mint tentunya. Tidak dapat aku
pungkiri, aku cukup puas dengan kinerjanya. Secara subjektif, bila
diminta memberikan penilaian, maka aku akan mengatakan bahwa Freya
termasuk yang paling lincah dan gesit dalam bekerja. Sayangnya,
seiring dengan EOL-nya ubuntu yang menjadi basic-nya, maka berhenti
pula dukungan untuk Freya, dan itulah yang membuatku menjadikan Freya
sebuah kenangan. Dengan megakhiri hubungan dengannya.
Sebenarnya,
selain dengan Freya, aku juga sedang menjalin hubungan dengan Rosa.
Dan entah mengapa, untuk Rosa aku masih enggan untuk menjadikannya
kenangan pula sebagaimana yang aku lakukan pada Freya. Sekalipun
Sarah telah muncul beberapa bulan lalu dan hampir-hampir membuatku
kepincut.
Mengakhiri
hubungan dengan Freya, berarti memulai pengalaman baru dengan saudara
kandungnya, Loki. Ah, memang namanya “ke-cowok-cowok-an”, tapi
dia tak kalah cantik bila dibandingkan dengan Freya.
Terus
terang saja, sebenarnya sudah cukup lama aku menunggu Loki.
Desas-desus tentang keindahannnya memang benar adanya. Hanya saja,
ada beberapa hal yang sedikit membuatku belum merasa nyaman, senyaman
aku dengan Freya atau dengan Rosa misalnya.
Secara
bawaan, Loki memang tak jauh beda dengan Freya. Dari segi kemampuan
pun juga hampir mirip. Hanya saja Loki dibekali oleh empunya sebuah
alat bernama AppCenter dan aku pribadi agak bingung juga fungsi dari
perkakas yang dibawanya itu. Awalnya, aku pikir dengan AppCenter
tersebut aku akan dapat memasang hal-hal lain dengan mudah
seperti misalnya ketika aku memakai Synaptic. Tapi ternyata bukan.
Itu hanya semacam alat untuk memanajemen perangkat yang sudah
terpasang.
Hal
lain yang membuatku agak kurang nyaman adalah tersunatnya alat
apt-add-repository. Ya, pada
Loki rupa-rupanya oleh empunya tool
tersebut tidak dibekalkan dari awal karena faktor keamanan, sehingga
harus dipasangkan secara menual dengan aji-aji
$
sudo apt-get install software-properties-common
diakui
atau tidak, Loki memang tidak selengkap keluarga Mint dalam hal
aplikasi bawaan sehingga siapa saja yang ingin bekerja dengan Loki
harus sejenak meluangkan waktu untuk mendandaninya dengan
LibreOffice, Tweak, Gdebi, Synaptic, Inkscape dan alat-alat lain
sesuai kebutuhan. Aku pribadi telah memasang banyak aksesori pada
Loki, tak lain hanya karena tuntutan pekerjaan.
Ah,
iya satu hal lagi yang sepertinya perlu aku ceritakan padamu soal
Loki adalah performanya ketika menjalankan pantheon-files.
Entah hanya terjadi pada Asus
X4452E AMD E1-ku atau juga pada yang perangkat yang lain, yang jelas
Loki selalu ngambek sejenak saat aku minta untuk menjalankan
pantheon-files
tersebut. Awalnya kupikir karena “efek desktop” yang ia pakai,
tapi nyatanya tidak mengalami perbedaan yang signifikan setelah aku
matikan efek tersebut. Iya, ada sih perbedaan tapi sekali lagi tidak
signifikan.
Namun,
ya sudahlah semoga saja ini memang terjadi pada awal-awal hubungan
belaka dan akan segera melebur seiring berjalannya waktu.
1 comments:
Loki juga berjalan lambat di Lenovo G40-45 AMD A8-6410. Kayanya pengaruh berhentinya support fglrx untuk Ubuntu 16.04
Post a Comment