Wednesday, 14 September 2016

Setelah Install Elementary OS LOKI

[Sebelumnya aku peringatkan, bahwa ini tidaklah begitu penting]
 
Terima kasih, Freya.
Selasa, 13 September (kemarin) akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan Freya. Tidak, tidak. Aku tidak ada masalah apa-apa. Kau tahu, bekerja dengan Freya adalah salah satu pengalaman yang paling menyenangkan menurutku, setelah Mint tentunya. Tidak dapat aku pungkiri, aku cukup puas dengan kinerjanya. Secara subjektif, bila diminta memberikan penilaian, maka aku akan mengatakan bahwa Freya termasuk yang paling lincah dan gesit dalam bekerja. Sayangnya, seiring dengan EOL-nya ubuntu yang menjadi basic-nya, maka berhenti pula dukungan untuk Freya, dan itulah yang membuatku menjadikan Freya sebuah kenangan. Dengan megakhiri hubungan dengannya.
Sebenarnya, selain dengan Freya, aku juga sedang menjalin hubungan dengan Rosa. Dan entah mengapa, untuk Rosa aku masih enggan untuk menjadikannya kenangan pula sebagaimana yang aku lakukan pada Freya. Sekalipun Sarah telah muncul beberapa bulan lalu dan hampir-hampir membuatku kepincut.
Mengakhiri hubungan dengan Freya, berarti memulai pengalaman baru dengan saudara kandungnya, Loki. Ah, memang namanya “ke-cowok-cowok-an”, tapi dia tak kalah cantik bila dibandingkan dengan Freya.
Terus terang saja, sebenarnya sudah cukup lama aku menunggu Loki. Desas-desus tentang keindahannnya memang benar adanya. Hanya saja, ada beberapa hal yang sedikit membuatku belum merasa nyaman, senyaman aku dengan Freya atau dengan Rosa misalnya.
Secara bawaan, Loki memang tak jauh beda dengan Freya. Dari segi kemampuan pun juga hampir mirip. Hanya saja Loki dibekali oleh empunya sebuah alat bernama AppCenter dan aku pribadi agak bingung juga fungsi dari perkakas yang dibawanya itu. Awalnya, aku pikir dengan AppCenter tersebut aku akan dapat memasang hal-hal lain dengan mudah seperti misalnya ketika aku memakai Synaptic. Tapi ternyata bukan. Itu hanya semacam alat untuk memanajemen perangkat yang sudah terpasang.
Hal lain yang membuatku agak kurang nyaman adalah tersunatnya alat apt-add-repository. Ya, pada Loki rupa-rupanya oleh empunya tool tersebut tidak dibekalkan dari awal karena faktor keamanan, sehingga harus dipasangkan secara menual dengan aji-aji


$ sudo apt-get install software-properties-common


diakui atau tidak, Loki memang tidak selengkap keluarga Mint dalam hal aplikasi bawaan sehingga siapa saja yang ingin bekerja dengan Loki harus sejenak meluangkan waktu untuk mendandaninya dengan LibreOffice, Tweak, Gdebi, Synaptic, Inkscape dan alat-alat lain sesuai kebutuhan. Aku pribadi telah memasang banyak aksesori pada Loki, tak lain hanya karena tuntutan pekerjaan.
Ah, iya satu hal lagi yang sepertinya perlu aku ceritakan padamu soal Loki adalah performanya ketika menjalankan pantheon-files. Entah hanya terjadi pada Asus X4452E AMD E1-ku atau juga pada yang perangkat yang lain, yang jelas Loki selalu ngambek sejenak saat aku minta untuk menjalankan pantheon-files tersebut. Awalnya kupikir karena “efek desktop” yang ia pakai, tapi nyatanya tidak mengalami perbedaan yang signifikan setelah aku matikan efek tersebut. Iya, ada sih perbedaan tapi sekali lagi tidak signifikan.
Namun, ya sudahlah semoga saja ini memang terjadi pada awal-awal hubungan belaka dan akan segera melebur seiring berjalannya waktu.
Bagikan:

1 comments:

Unknown said...

Loki juga berjalan lambat di Lenovo G40-45 AMD A8-6410. Kayanya pengaruh berhentinya support fglrx untuk Ubuntu 16.04